Analisis Saham - The Hershey Company (HSY)
Aries Yuangga, Wakil Penasihat Berjangka
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak investor yang terpaku pada perusahaan berbasis kecerdasan buatan (AI) sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan keuntungan di pasar saham. Kata "AI" menjadi daya tarik utama dalam laporan keuangan, sering kali tanpa mempertimbangkan faktor fundamental perusahaan. Akibatnya, sektor barang konsumsi seperti makanan ringan semakin diabaikan oleh investor. Hershey (NYSE: HSY), perusahaan cokelat ternama, termasuk dalam kategori ini. Seiring dengan kenaikan valuasi saham teknologi, bisnis tradisional seperti Hershey justru menjadi lebih murah dan kurang diminati. Namun, sejarah membuktikan bahwa investasi dalam perusahaan "membosankan" ini tetap dapat memberikan hasil yang signifikan.
Berdasarkan grafik saham saat ini:
Analisis Teknikal
Saham HSY mengalami tekanan akibat peningkatan harga komoditas kakao sebagai bahan utamanya, saham mengalami penurunan hingga lebih dari 20% selama setahun terakhir.
Saham cokelat ini akhirnya menyentuh level terendah sejak 2021 lalu pada support kuat $150.
Pasca membentuk fakeout, HSY mengalami peningkatan kembali melewati minor resistance dan terhenti di area $154, dengan kemungkinan bullish reversal dalam jangka pendek atau setidaknya koreksi dari penurunan jangka menengah.
Support selanjutnya pada $150 dan $140.
Setup Trading
Rentang Beli: area $150-$154 yang merupakan area demand.
Stop Loss (SL): Di level $138, di bawah support $140, untuk mengurangi risiko jika harga terus menurun.
Target Profit (TP): Ada tiga target harga yaitu $166, $175 serta $185 sebagai area resistance utama.
Potensi Keuntungan dan Kerugian
Potensi Kerugian: Jika membeli di median rentang beli, atau sekitar level $152 dan harga turun ke SL ($138), kerugian potensial $14 per saham, atau sekitar -9.21%.
Potensi Keuntungan:
Ke target pertama ($166): potensi keuntungan $14 per saham, sekitar 9.21%.
Ke target kedua ($175): potensi keuntungan $23 per saham, sekitar 15.13%
Ke target ketiga ($185): potensi keuntungan $33 per saham, sekitar 21.71%
Perlu diingat bahwa ini adalah analisis teknikal berdasarkan data saat ini dan dapat berubah dengan dinamika pasar. Selalu lakukan penelitian dan pertimbangan sendiri sebelum membuat keputusan investasi atau trading.
Penurunan Saham Hershey: Faktor Harga Kakao
Saham Hershey mengalami penurunan hingga 45% dari titik tertingginya, yang merupakan kejatuhan terbesar sejak krisis keuangan global. Penyebab utamanya adalah melonjaknya harga kakao, bahan baku utama dalam produk mereka. Sekitar 25% dari biaya produksi Hershey berasal dari kakao, dan kenaikan harga ini tentu memberikan tekanan besar pada margin keuntungan mereka. Namun, jika melihat pola historis, lonjakan harga kakao bukanlah masalah permanen. Pada tahun 1970-an, Hershey juga menghadapi kenaikan harga kakao yang ekstrem, tetapi dalam 18 bulan setelah mencapai titik terendah, harga sahamnya pulih sepenuhnya. Ini menunjukkan bahwa pasar cenderung mendiskon pemulihan lebih awal dari perbaikan kondisi harga bahan baku itu sendiri.
Strategi Manajemen dalam Menghadapi Tantangan
Hershey menyadari tantangan ini dan sedang mengambil berbagai langkah untuk mempertahankan profitabilitasnya. Beberapa strategi yang diterapkan antara lain:
Efisiensi Biaya: Mengoptimalkan rantai pasokan dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.
Hedging Harga Kakao: Menggunakan instrumen keuangan untuk melindungi perusahaan dari volatilitas harga bahan baku.
Strategi Harga: Meski kenaikan harga produk menjadi opsi, Hershey tetap berhati-hati agar tidak kehilangan daya saing di pasar.
Diversifikasi Pasokan: Mengurangi ketergantungan pada hasil panen dari Afrika Barat dan memperluas sumber bahan baku.
Langkah-langkah ini mungkin tidak langsung berdampak dalam jangka pendek, tetapi dapat membantu perusahaan tetap tangguh menghadapi fluktuasi harga bahan baku di masa depan.
Tren Makanan Sehat dan Dampaknya pada Hershey
Beberapa investor khawatir bahwa tren makanan sehat dapat mengancam penjualan produk tinggi gula seperti cokelat Hershey. Namun, data menunjukkan bahwa tingkat obesitas global terus meningkat, yang mengindikasikan bahwa konsumsi makanan manis masih tinggi.
Hershey sendiri menyadari pergeseran tren ini dan telah beradaptasi dengan menawarkan produk yang lebih sehat, seperti cokelat rendah gula dan camilan berbahan alami. Jika pasar semakin bergerak ke arah makanan sehat, Hershey siap untuk menyesuaikan portofolio produknya agar tetap relevan dengan permintaan konsumen.
Pengaruh Obat GLP-1 terhadap Permintaan Cokelat
Obat penurun berat badan berbasis GLP-1, seperti yang dikembangkan oleh Novo Nordisk dan Eli Lilly, telah menjadi sorotan karena kemampuannya menekan nafsu makan. Beberapa pihak beranggapan bahwa ini akan mengurangi konsumsi makanan ringan, termasuk cokelat. Namun, data internal Hershey menunjukkan bahwa belum ada dampak material terhadap penjualan mereka.
Obat ini memang mengurangi rasa lapar, tetapi tidak serta-merta menghilangkan keinginan untuk menikmati sesuatu yang manis. Konsumsi cokelat bukan hanya soal mengenyangkan, tetapi juga kepuasan sensorik dan emosional. Oleh karena itu, dampak obat ini terhadap bisnis Hershey kemungkinan akan tetap terbatas.
Kesimpulan
Saham Hershey (HSY) mengalami tekanan akibat lonjakan harga kakao, yang menurunkan valuasinya hingga 45% dari puncaknya. Meski demikian, sejarah menunjukkan bahwa pemulihan harga saham Hershey cenderung terjadi setelah krisis komoditas mereda. Perusahaan menerapkan strategi efisiensi biaya, hedging bahan baku, dan diversifikasi pasokan untuk menghadapi tantangan ini. Sementara tren makanan sehat dan obat GLP-1 menjadi perhatian, konsumsi cokelat tetap kuat karena faktor emosional dan kepuasan sensorik. Secara teknikal, saham HSY berada di area support $150-$154 dengan potensi rebound. Dengan fundamental yang solid, Hershey tetap menjadi peluang investasi jangka panjang yang menarik.
*Disclaimer:
This information is provided for general information purposes only. Consider your investment objectives, financial resources and other relevant circumstances carefully before investing. This is not an invitation or an offer to invest, nor is it financial advice or a recommendation to buy or sell any investment.