Analisis Saham - Intel Corporation (INTC)
Aries Yuangga, Wakil Penasihat Berjangka
Intel (NASDAQ: INTC) kehilangan dominasinya dalam perlombaan chip AI, terutama karena gagal bersaing di pasar GPU. Pada tahun 2024, pangsa pasar GPU Intel turun menjadi 0%, menandakan bahwa mereka tertinggal dalam era komputasi berbasis akselerasi. Namun, kemampuan manufaktur chipnya yang kuat masih bisa menjadi faktor pemulihan bagi perusahaan ini. Di tengah meningkatnya persaingan global dalam AI dan ketegangan geopolitik, pemerintah Amerika Serikat semakin mendorong produksi chip dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada manufaktur luar negeri. Sebagai satu-satunya produsen chip besar yang berbasis di AS, Intel memiliki peluang strategis untuk memanfaatkan kondisi ini. Jika mereka mampu restrukturisasi dan mengoptimalkan bisnisnya, Intel bisa mengungguli ekspektasi pasar dan menjadi pilihan menarik dalam strategi Growth at a Reasonable Price (GARP).
Berdasarkan grafik saham INTC saat ini:
Analisis Teknikal
Secara YoY memang INTC tampak bearish dengan penurunan 43%, namun tampaknya Intel telah membalikkan keadaan dengan peningkatan hampir 20% sejak pembukaan 2025.
Di pertengahan Februari INTC telah mampu breakout down trendline yang tercipta sejak awal November 2024 lalu dan berhasil membentuk higher high mencapai $27.50.
Walaupun sekarang INTC mengalami retracement menuju fibonacci golden area, hal ini menjadikannya peluang menarik bagi investor yang menunggu ‘weakness’ INTC sebelum melanjutkan rally.
Support selanjutnya berada pada $23 dan $21.
Setup Trading
Rentang Beli: area $22-$24 yang merupakan area key level.
Stop Loss (SL): Di level $20, di bawah support $21, untuk mengurangi risiko jika harga terus menurun.
Target Profit (TP): Ada tiga target harga yaitu $26, $28 serta $30 sebagai area resistance utama.
Potensi Keuntungan dan Kerugian
Potensi Kerugian: Jika membeli di median rentang beli, atau sekitar level $23 dan harga turun ke SL ($20), kerugian potensial $3 per saham, atau sekitar -13.04%.
Potensi Keuntungan:
Ke target pertama ($26): potensi keuntungan $3 per saham, sekitar 13.04%.
Ke target kedua ($28): potensi keuntungan $5 per saham, sekitar 21.74%
Ke target ketiga ($30): potensi keuntungan $7 per saham, sekitar 30.43%
Perlu diingat bahwa ini adalah analisis teknikal berdasarkan data saat ini dan dapat berubah dengan dinamika pasar. Selalu lakukan penelitian dan pertimbangan sendiri sebelum membuat keputusan investasi atau trading.
Posisi Intel di Pasar CPU
Selama bertahun-tahun, Intel mendominasi industri semikonduktor, terutama dalam produksi CPU untuk komputer pribadi dan server. Meskipun AMD mulai mengikis pangsa pasarnya, Intel masih menjadi produsen CPU terbesar di dunia, dengan laporan terbaru menunjukkan bahwa pada Q4 2024 sekitar 70% PC masih menggunakan prosesor Intel. Pangsa pasarnya mencakup 71,3% untuk CPU desktop, 76,1% untuk CPU klien, dan 77,7% untuk CPU mobile. Namun, Intel gagal menangkap peluang dalam dua revolusi teknologi besar, yaitu booming smartphone dan ledakan AI. Mereka menolak menjadi pemasok chip iPhone untuk Apple pada 2008, yang akhirnya beralih ke pemasok lain pada 2011. Selain itu, Intel kehilangan momentum dalam perlombaan chip AI, di mana NVIDIA dan AMD kini mendominasi pasar GPU untuk pusat data berbasis AI.
Peluang Baru Melalui Manufaktur Chip AI
Meskipun tertinggal dalam pengembangan chip AI, Intel memiliki keuntungan sebagai satu-satunya produsen chip skala besar di AS. Tren "fab in home" yang didorong oleh pemerintah AS—yakni mendorong manufaktur chip dalam negeri—bisa menjadi peluang besar bagi Intel. Sebagian besar perusahaan chip besar seperti NVIDIA dan AMD mengadopsi model "fabless", yang berarti mereka merancang chip tetapi mengalihdayakan produksinya ke Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC). Sebaliknya, Intel masih mempertahankan fasilitas manufakturnya sendiri, yang dikenal sebagai Intel Foundry. Jika ketegangan geopolitik antara AS, China, dan Taiwan meningkat, Intel bisa mendapatkan keuntungan dari keharusan memproduksi chip di dalam negeri. Jika Intel mampu merebut 10% dari bisnis manufaktur chip TSMC, maka pendapatan Intel bisa melonjak hingga 20%. Apalagi, Intel telah berinvestasi besar dalam teknologi manufaktur, seperti membeli sebagian besar mesin high-NA EUV dari ASML untuk produksi chip 1.4nm (Intel 14a). Saat ini, Intel bahkan diperkirakan lebih maju dari TSMC dalam teknologi manufaktur, dengan produksi massal Intel 18a (1.8nm) yang dijadwalkan lebih cepat dibandingkan TSMC N2 (2nm).
Potensi Pertumbuhan dan Keuntungan bagi Investor
Estimasi pertumbuhan pendapatan Intel dalam dua tahun ke depan berada di angka satu digit, tetapi jika profitabilitasnya meningkat, valuasi sahamnya bisa lebih menarik. Intel saat ini memiliki margin kotor sekitar 34,32%, dan diperkirakan naik menjadi 36% pada Q1 2025. Jika tren ini berlanjut, profitabilitas Intel bisa mendekati tingkat yang dinikmati oleh TSMC. Selain itu, strategi investasi berbasis opsi dapat menjadi cara efektif bagi investor untuk mengelola risiko. Salah satu pendekatan adalah dengan membeli opsi call out-of-money (OTM) sambil menjual put yang dijamin dengan uang tunai. Strategi ini memungkinkan investor untuk mendapatkan keuntungan kecil secara konsisten sambil tetap mempertahankan potensi kenaikan harga saham dalam jangka panjang.
Risiko yang Perlu Diperhatikan
Meskipun peluang baru di bidang manufaktur chip AI terlihat menjanjikan, ada beberapa risiko yang harus diperhatikan. Tidak ada jaminan bahwa permintaan chip AI akan terus meningkat dalam jangka panjang, sehingga jika pasar melambat, Intel bisa kehilangan peluang pertumbuhan. Selain itu, eksekusi strategi yang buruk oleh manajemen dapat membuat Intel gagal merebut pangsa pasar dari TSMC jika bisnis manufaktur chip tidak diprioritaskan dengan baik. Persaingan biaya produksi juga menjadi tantangan, karena meskipun manufaktur dalam negeri memiliki keunggulan strategis, Intel tetap harus bersaing dengan biaya produksi yang lebih murah di luar negeri. Ketidakpastian kepemimpinan pun menjadi faktor risiko, mengingat Intel masih mencari CEO baru, yang dapat mempengaruhi arah strategi bisnis di masa depan.
Kesimpulan
Intel menghadapi tantangan besar dalam industri chip AI, terutama karena ketertinggalannya di pasar GPU. Namun, keunggulan manufakturnya dan dukungan pemerintah AS terhadap produksi dalam negeri memberikan peluang pertumbuhan yang signifikan. Jika Intel berhasil merebut sebagian bisnis manufaktur TSMC dan meningkatkan profitabilitasnya, sahamnya bisa menjadi pilihan menarik dalam strategi GARP. Meskipun begitu, ada risiko seperti ketidakpastian permintaan AI, eksekusi strategi yang buruk, dan persaingan biaya produksi global. Dengan strategi investasi yang tepat, Intel tetap berpotensi memberikan keuntungan bagi investor, terutama jika mampu memanfaatkan momentum manufaktur chip dan mengoptimalkan bisnisnya.
*Disclaimer:
This information is provided for general information purposes only. Consider your investment objectives, financial resources and other relevant circumstances carefully before investing. This is not an invitation or an offer to invest, nor is it financial advice or a recommendation to buy or sell any investment.